Black Leather Jacket - Aditia Yudis - Ifnur Hikmah
Judul : Black Leather Jacket
Penulis : Aditia Yudis - Ifnur Hikmah
Penerbit : Roro Raya Sejahtera
Jumlah Halaman : vi + 364 hlm
Cetakan pertama, Mei 2018
Laura tak punya alasan untuk menyukai Aidan.
Pertama, novel debut lelaki itu kini mengalahkan novel-novel Laura di rak best seller.
Kedua, foto Aidan yang terpampang besar di sampul belakang novelnya semakin mempertajam kecurigaan Laura: lelaki itu hanya penulis romance (genre yang dibencinya!) bermodal tampang.
Jadi, maaf deh kalau dia merasa keberatan ketika Laura dipasangkan dengan Aidan untuk proyek novel selanjutnya.
Tahu apa lelaki itu soal menulis novel berkualitas?
Semakin jauh mengenal Aidan, Laura tahu bahwa lelaki itu punya pengetahuan luas tentang thriller, genre cerita favorit Laura.
Aidan bahkan hafal kutipan-kutipan Agatha Christie!
Sedikit demi sedikit Laura membangun respek tersendiri untuk Aidan—dan belakangan tanpa dia sadari… cinta.
Tapi sebelum Laura berhasil membuat Aidan tahu tentang perasaannya, lelaki itu menghilang.
Membiarkan proyek menulis mereka terbengkalai begitu saja—seolah tak ada artinya.
Alih-alih marah, Laura merasa sangat kecewa dengan sikapnya itu.
You’re breaking my heart, Aidan, and the saddest part is… you don’t even know about it.
☘☘☘☘☘
Mari kita berkenalan dengan tokohnya terlebih dahulu.
Aidan, pria tampan dengan rambut keriting yang memiliki jabatan sebagai CTO a.k.a Chief Technology Officer di perusahaan keluarganya tiba-tiba menyatakan ingin mundur sementara dari perusahaan untuk menjadi seorang penulis novel. Lebih tepatnya ingin menyelesaikan tulisan sang ibu yang sudah ia selesaikan dan sudah diterima oleh pihak penerbit dan hanya perlu melalui proses revisi dan editing.
Keputusannya tersebut tentu menuai pro dan kontra dari keluarganya. Pamannya yang sudah merawat Aidan dan kakaknya sejak kedua orang tua Aidan meninggal, mendukung keputusan Aidan. Berbanding terbalik dengan Allan - kakak Aidan, yang tidak setuju dengan keputusan Aidan dan membuat Allan harus kembali ikut mengurus perusahaan keluarga mereka.
"Sekali saja seumur hidup, biar aku melakukan hal yang benar-benar aku inginkan." - hal 7
Laura merupakan gadis yang gemar mengenakan pakaian serba hitam. Tenang, dia bukan penyembah aliran hitam ataupun aliran sesat. Bukan juga penggemar Deddy Corbuzier yang juga suka mengenakan pakaian serba hitam. Hanya saja Laura merasakan kepercayaan dirinya meningkat saat mengenakan warna favoritnya itu.
Laura merupakan seorang penulis, kecintaannya pada dunia literasi sudah dirasakan sejak kecil, ayahnya yang seorang sastrawan juga membuat Laura mengambil keputusan ingin menjadi penulis. Novel pertamanya diterbitkan tujuh tahun yang lalu yang membuatnya berhasil mendapatkan penghargaan untuk kategori penulis muda berbakat. Semenjak itu, Laura sudah menghasilkan tiga novel lainnya. Genrenya? Oh tentunya bukan romansa, melainkan genre thriller dan membuat Laura mendapat julukan Ratu Thriller Indonesia. Namun untuk novel berikutnya yang sedang ia tulis, sang editor meminta Laura untuk menambahkan unsur romansa ke dalam tulisannya. Permintaan yang berhasil membuat Laura frustasi dan stuck.
"Tapi bukan berarti gue menulis apa yang nggak gue suka, kan?" - hal 32
Pertemuan antara Laura dan Aidan bertatap muka langsung pertama kali adalah di kantor penerbit. Jangan harapkan adanya jatuh cinta pandangan pertama, karena saat Laura melihat kehadiran Aidan, Laura seperti tak acuh. Laura tahu siapa pria yang berdiri di depannya itu, tapi ia ingin menunjukkan senioritas pada Aidan. Bahkan Laura tak segan mengkritik novel Aidan yang memasang foto Aidan cukup besar di bagian belakangnya untuk memancing Aidan. Sayangnya Aidan justru tak terpancing sama sekali. Laura justru merasa kesal saat tahu Aidan sedang menulis buku kedua dan buku pertamanya sedang dalam opsi untuk diadaptasi jadi film. Ada banyak hal yang membuat Laura tak menyukai Aidan, salah satunya saat tahu Aidan membaca naskah milik Laura tanpa seizinnya.
Mya, editor Laura, menyarankan pada Laura untuk menulis bareng dengan Aidan. Tentunya ditolak keras oleh Laura.
Bahkan Laura menulis artikel tersirat menyindir Aidan di website khusus literatur dengan judul 'Membeli Jalan Menuju Best Seller'.
Nah loh, kalau sudah kayak gini, makin nggak mungkin kayaknya buat Laura sama Aidan kerja sama. Apa mungkin mereka akan bekerja sama?
"You are my nightmare" - hal 159
Pepatah 'Tak Kenal Maka Tak Sayang' rasanya cocok sekali menggambarkan penilaian Laura mengenai Aidan. Seiring waktu, Laura mulai merasa nyaman dan tumbuh rasa cinta pada Aidan, namun tiba-tiba Aidan justru menghilang dan menelantarkan proyek kerja sama tulisan mereka.
Kalau kamu jadi Laura, apa yang bakal kamu lakuin?
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Dibuat menarik karena setiap chapter dibahas bergantian dari sisi Aidan maupun Laura, sehingga bisa mengenal mereka lebih dalam. Jalan cerita terasa pas, tidak terburu-buru dan masuk akal. Bukan tipikal cinta kilat dan apa yang dibahas di dalam buku ini mengenai penulisan, diterapkan juga oleh penulis. Aku menikmatinya.
Setting tempat dan setting waktu dijabarkan dengan cukup baik.
Untuk segi konflik terbilang umum tapi dikemas dengan menarik menurutku. Ditambah mengangkat dunia literasi, tapi bukan hanya sebagai hiasan saja, melainkan dibahas cukup mendalam.
Dari buku ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kita tidak bisa menilai seseorang hanya berdasarkan apa yang kita lihat, kita mungkin tidak tahu apa yang terjadi di baliknya.
Komunikasi juga menjadi kunci penting dalam suatu hubungan apapun.
Sehebat apapun seseorang, setiap orang masih membutuhkan pertolongan orang lain, tanpa memandang apapun baik kepada penerima atau pemberi pertolongan.
"Are you... fall for him?" - hal 331
Black Leather Jacket, selesai!