Sabtu, 23 Juni 2018

Review Novel Love In Paris - Silvarani

Love in Paris - Silvarani


Halo.. Kali ini aku akan me-review novel terbitan GPU yang masuk dalam series Around The World With Love. Untuk series ATWWL ini ada beberapa series. Aku kurang tahu ini yang ke berapa (maafkan akyu yang pemalas ini buat googling. Kalian boleh cari di mbah google). Setiap series nya ada 4 novel dan aku hanya punya yang satu ini. Yang aku tahu sekarang (2018) sedang dalam penerbitan ATWWL yang ke 5. Untuk info lebih lanjut kalian bisa ke akun Instagram @aroundtheworldwithlovegpu. 

Yuk mari, seperti biasa kita intip sedikit mengenai novel yang akan aku bahas ini. 

Judul : Love in Paris
Penulis : Silvarani
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 210 hlm
2016
Blurb:
Paris… tragis atau romantis? Ternyata, Paris tak hanya romantis, tetapi juga tragis. Lihat saja sejarah revolusi. Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette, dihukum mati di kota ini. Bersamamu, kira-kira Paris akan menampakkan wajah yang mana? Tragis... atau romantis?



Sheila begitu bahagia bisa ke Paris untuk melanjutkan kuliah di Pantheon-Sorbonne. Yang memberatinya hanya satu: Sony pacarnya tak mau menjalani LDR Jakarta–Paris. Berangkat dengan hati patah, Sheila mencoba meyakini bahwa Paris akan menghadiahkan hidup dan cinta baru.

Lalu muncullah Leon, sahabat kakaknya semasa SD. Laki-laki blasteran Prancis-Indonesia itu berprofesi sebagai fotografer. Bayangan Leon yang dulu mengimami Sheila saat shalat seketika pupus, berganti sosok “asing” yang menjalani gaya hidup khas kota besar. Walau agak kecewa, tak bisa dimungkiri Leon berhasil membuat Sheila terpesona. Pun sebaliknya. Pencarian iman mendekatkan mereka berdua, tapi juga mengombang-ambing hati keduanya.

Di bawah langit Paris, haruskah Sheila kehilangan cinta lagi? Mampukah gadis ini bersabar menunjukkan jalan lurusNya kepada Leon?

❦❦❦❦❦


Novel ini memiliki sinopsis yang menarik sekali. Memberikan sudut pandang lain mengenai kota Paris yang biasanya tidak diperhatikan oleh beberapa orang. Bukan hanya romantis tapi juga ada sisi tragis di balik keindahan kota Paris.

Chapter awal, novel ini di buka dengan sub judul Tamat! Cukup buat dag dig dug ser berpikir apa akhir cerita sudah dimuat terlebih dahulu. Dan seperti biasa untuk ukuran anak sok tahu sepertiku, yah salah lagi 😂.

Sheila, si gadis cantik yang populer, penyayang, percaya diri dan punya cita-cita nikah muda! Ughhh, aku juga bercita-cita nikah muda biar selisih usia sama anak tidak terlalu jauh. Sayang calonnya memang gak ada. *malah curhat. Plak.
"Kita harus realistis!"
 Sheila dihadapkan dengan rasa patah hati saat ia berusaha mengejar mimpinya untuk kuliah di Paris. Sony, pacar Sheila beberapa tahun merasa tidak mampu untuk menjalani LDR. Selain itu, ia tak sanggup memenuhi permintaan Sheila untuk menikah muda saat mereka selesai kuliah nanti. Sedangkan Sony sendiri juga punya mimpi untuk menjadi dokter spesialis, yang tentunya akan memakan waktu yang tidak sebentar untuk meraihnya. 

Semenjak perselisihan antara Sheila dengan Sony mengenai keputusan Sheila untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, Sony hilang bagai ditelan bumi. 

Paris itu kota romantis, tapi untuk jomblo seperti Sheila, apa Paris tetap romantis?

Sesampai di Paris, Sheila berhubungan kembali dengan Leon, sahabat kakaknya semasa SD, yang sudah menjadi warga Perancis. Itu juga karena Abel- sang kakak, menghubungi Leon untuk mendampingi Sheila untuk mengelilingi Paris. 

Leon yang dahulu Sheila kenal, berbeda jauh dengan Leon yang saat ini ia temui. Sudah menjalani gaya kehidupan khas kota besar. Kehidupan malam, alkohol dan sebagainya.

Kira-kira, apa Paris akan menjadi kota yang romantis atau tragis untuk Sheila? 



Kalau berbicara Paris, pasti teringat pada film Eifell I'm in Love. Entah mengapa, aku sekilas merasa Sheila ini karakternya mirip dengan sosok Tita dalam Eifell I'm in Love. 

Setting tempat di Paris dan penulis menuliskannya dengan sangat mendetail. Membuat aku sebagai pembaca merasa larut di dalamnya, serasa diajak ikut mengunjungi tempat-tempat yang dimaksud oleh penulis. 

Tentu juga, ditunjukkan percakapan menggunakan bahasa Perancis yang membuat semakin meyakinkan setting tempat di novel ini. Didukung dengan catatan kaki yang menjelaskan maksud dari ucapan tersebut. 

Alur bergerak maju dan pada bagian awal sempat mundur sedikit. Jalan cerita pada bagian awal hingga pertengahan lebih sedikit (tampol nih Sis, pakai lebih sedikit), bergerak lambat. Begitu memasuki konflik antara Sheila dan Leon, jalan cerita terasa cepat. Kesannya terburu-buru jadinya. 

Konflik di sini menyinggung agama Islam dan pandangan terhadap agama Islam yang memang terjadi di kehidupan nyata. Aku setuju sekali dengan pemaparan penulis dalam solusinya, seperti yang disarankan oleh Abel saat memberikan pendapatnya pada Sheila untuk menghadapi Leon. Tapi rasanya sampai akhir Sheila memegang teguh prinsipnya sendiri. Jadi kesan merangkul oleh Islam itu, enggak dapet. Itu pandanganku loh ya sebagai pembaca. Mungkin penulis ingin menunjukkan, bahwa manusia itu gak ada yang sempurna. Salah satunya Sheila yang masih dalam proses belajar juga.

Kemunculan beberapa tokoh juga yang aku kira akan punya peranan besar, tapi tidak terjadi. Mungkin penulis memang ingin memusatkan konflik hubungan antara Leon dan Sheila.

Sepertinya kalau lebih dijabarkan sedikit proses Leon dalam memahami Islam, novel ini akan bagus sekali. Tapi aku suka sih bacanya. Beda dari yang biasa. Dan sebenarnya pendekatan mereka berdua sebenarnya juga manis.

Tapi kalau pemaparan ku salah, maaf ya gengs. Itu dari apa yang kutangkap saat membaca novel ini.

Love in Paris, selesai!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar