Jumat, 13 Juli 2018

Review Novel Fireflies In The Midnight Sky - Francisca Todi

Fireflies in The Midnight Sky - Francisca Todi


Kali ini aku mau memberikan review untuk novel yang sedikit berbeda dari yang biasa aku baca. Masih bergenre Romance namun dengan bumbu Fantasi di dalamnya. Tanpa perlu panjang kali lebar kali tinggi, yuk kita intip dulu blurb-nya.

Judul : Fireflies in The Midnight Sky

Penulis : Francisca Todi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 360 hlm
2018



“Hidup ini kejam. Hidup mempermainkan kita tanpa ampun. Menindas, mencemooh, bergembira melihat kita hancur, berbahagia saat kita terempas—”


“Tapi hidup mempertemukanku denganmu.”


Alyssa bergabung dengan grup gerilya untuk bertahan hidup sejak negerinya diserang meski sebenarnya membenci kekerasan. Di tengah situasi yang semakin genting, Alyssa dikirim dalam misi yang berakhir kacau, lalu akhirnya terdampar dengan kaki terluka di teritori musuh.


Dan saat itulah dia Alyssa diselamatkan oleh Vigo, pemuda misterus yang merupakan musuh negerinya.


Setelah berhari-hari dalam teritori musuh, Alyssa sadar ternyata Vigo lebih mengerti pergumulan dan trauma gadis itu dibanding teman-teman sebangsanya. Namun, mereka berdua bagaikan air dan api. Saling menjinakkan, juga saling membinasakan. Saat ada percikan kasih sayang antara keduanya, adakah masa depan agar mereka bisa bersatu?


“Apa pun yang terjadi di masa depan, ingatlah hari-harimu di sini tanpa penyesalan.”

❣❣❣❣❣



Novel ini dibuka dengan sebuah gambar peta Benua Minari yang dijadikan setting tempat untuk kisah ini. Benua Minari terdiri dari tiga negara, yakni Valestia, Togaro dan Sedera. 

Togaro merupakan negara penyuplai bahan bakar dunia dan memiliki hubungan baik dengan Valestia. Namun, saat rezim Ivar berkuasa, Ivar yang ambisius mengincar negara Valestia yang memiliki tambang batu-batu mulia. 

Sedangkan Sedera memilih tidak mau ikut campur dengan permasalahan negara lain.

Alyssa yang berasal dari Valestia berusaha untuk menyusup ke Togaro untuk mencuri data dari markas Togaro. Awalnya semua berjalan lancar, sampai ia mendengar rencana tentara elit Togaro yang sedang rapat saat ia hendak beranjak dari markas Togaro. Ia tidak sengaja mendengar adanya keterlibatan negara Sedera dalam perperangan mereka. 

Sedera sendiri terkenal dengan kaumnya yang nyentrik dan tidak bisa ditebak. Namun tak ada jaminan bahwa Sedera akan bersifat netral atau tidak mau ikut campur. 

Pada akhirnya Alyssa kembali ditugaskan untuk mencari tahu kebenaran mengenai keterlibatan Sedera yang tidak sengaja didengarnya itu. Bersama Izolda yang selalu menganggap Alyssa sebagai saingannya, mereka berdua menuju Sedera. Terbukti Alyssa harus berupaya untuk menyeesuaikan diri dengan Izolda yang baru pertama kali turun ke lapangan.
"Lebih baik menyimpan energi. Kau tidak tahu bahaya macam apa yang akan kita hadapi besok."
Tanpa disangka, ucapan Alyssa pada malam itu, terbukti tepat di keesokan harinya. Saat Alyssa dan Izolda melakukan penyelidikan, Izolda tertangkap basah dan terkena tembakan yang dilemparkan tentara elit Togaro yang mereka tidak sengaja lihat. Untungnya Alyssa berhasil membawa Izolda kabur dan berusaha mengalihkan perhatian tentara elit Togaro. Alhasil, Alyssa yang dikejar dan membuatnya harus terluka karena belati yang dilemparkan tentara elit Togaro mengenai betisnya.  Alyssa terus berusaha kabur meskipun dalam keadaan terluka.

Namun pada akhirnya, kegelapan merenggut kesadarannya. 



Saat Alyssa tersadar, ia sudah berada di dalam sebuah kamar dan bertemu dnegan Vigo - pria yang menolongnya. Vigo merupakan warga Togaro yang tinggal di dekat perbatasan Togaro dan Sedera. Untuk melindungi dirinya, Alyssa berpura-pura sebagai warga Sedera dengan menggunakan logat Sedera dalam berbincang. 

Semenjak kejadian kejar mengejar tersebut, Alyssa menjadi buronan Togaro dan pengawasan di sekitar perbatasan tersebut diperketat oleh tentara Togaro. 
"Mungkin perang.... tidak pernah hitam - putih. Ada masa ketika semua menjadi kelabu dan kabur, benar atau salah, teman atau musuh" (hlm 136)

Seiring waktu Alyssa dan Vigo menyadari bahwa mereka satu sama lain memiliki trauma karena orang tua mereka meninggal di tangan bangsa satu sama lain yang mengakibatkan mereka sering sekali dihantui mimpi buruk.

Benih-benih cinta pun muncul seiring waktu untuk satu sama lain. Namun konflik di antara kedua negara mereka menjadi salah satu jurang terbesar dalam hubungan mereka. Belum lagi, Alyssa belum menemukan sedikitpun petunjuk mengenai senjata yang dibeli oleh pihak Togaro dari Sedera. 

Bagaimana akhir kisah konflik antara Togaro dan Valesia? Apakah Sedera benar terlibat di dalamnya seperti yang didengar oleh Alyssa? Lalu bagaimana kisah cinta antara dua anak manusia yang berbeda kewarganegaraan tersebut?

Kalian boleh langsung meluncur ke toko buku-toko buku favorit kalian atau toko buku online gengs. Kalau di mataku nih yah, buku ini walaupun ditulis oleh penulis lokal tapi rasa terjemahan.



Setting tempat digambarkan dengan sangat baik, poin plus-nya terdapat gambar peta di halaman pertama yang sangat membantu untuk membayangkan setting tempat yang dimaksud di dalam jalan cerita. Juga didukung setting waktu yang dijelaskan dengan baik.

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, yakni dari sisi Alysaa. AAlur bergerak maju mundur, jalan cerita terasa pas, tidak terburu-buru juga tidak terlalu lambat. Jalan cerita juga tidak dapat ditebak, sehingga tidak tahu apa yang akan terjadi dan dibuat jadi penasaran dan gak mau berhenti. 

Penulis menyelipkan pesan moral di dalamnya, seperti yang berkaitan dengan akibat dari diskriminasi yang membuat banyak orang menjadi korban pada akhirnya. Padahal jika mau ditelusuri, pada dasarnya mereka semua sama. 
Ada nasihat juga supaya jangan seperti sapi yang dicucuk hidungnya, saat diperintah untuk melakukan sesuatu hanya menurut saja meskipun sudah tahu itu salah. Karena pada akhirnya hanya akan membuat yang lainnya yang menjadi korban.
Dari kisah ini, kita juga diajak jangan hanya melihat dari satu pihak dan dari satu sisi saja. Apa yang kamu lihat dan pikirkan, belum tentu itu benar adanya. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di dalam kehidupan orang lain. 
"Segelap apa pun malam, kunang-kunang tidak pernah berhenti bersinar. Saat memandang mereka, orang lupa akan kegelapan. Yang mereka lihat hanyalah keindahan." (hlm 244)
"Tapi hanya sedikit orang yang memiliki kualitas kunang-kunang. Kebanyakan cepat berubah mengikuti keadaan. Meredup, lalu akhirnya berubah segelap malam." (hlm 245)

Fireflies in The Midnight Sky, selesai!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar